Pendidikan Bahasa Arab 2013, Fakultas Pendidikan Bahasa, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Kamis, 17 Desember 2015

PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN MENYIMAK (ISTIMA’) DAN BERBICARA (KALAM)

TUGAS PERKULIAHAN
PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN MENYIMAK (ISTIMA’) DAN BERBICARA (KALAM)
Disusun guna memenuhi tugas Uji Kompetensi II Mata Kuliah Tathwir Manhaj Al-Lughah Al-Arabiyyah
Disusun oleh
Mulya Hasanah
20130820028
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH YOGYAKARTA
2015
 


BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Dalam keterampilan berbahasa terdiri atas empat jenis keterampilan, yaitu menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah). Keempat keterampilan tersebut merupakan catur tunggal, tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain (Trigan, 1989:14). Meskipun empat keterampilan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi dalam pengajaran dan pengevaluasiannya dapat dipisahkan, hal itu untuk mencapai hasil pengajaran masing-masing keterampilan tersebut dapat dicapai secara maksimal.
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan menerima dan memahami isi atau pesan suatu ujaran yang disampaikan penutur dengan bahasa lisan. Keterampilan menyimak diperoleh seorang anak sebelum keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan dasar untuk tiga keterampilan berbahasa lainnya.
Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun tidak formal, tidak pernah setiap aspek bahasa berdiri sendiri dan terlepas dari aspek lainnya. (Arief dan Khairanis, 2002:44). Dalam proses belajar mengajar di sekolah, aktivitas menyimak memiliki intensitas yang lebih banyak dilakukan siswa dibanding kegiatan berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah). Dari awal proses pembelajaran dimulai, siswa melakukan aktivitas menyimak instruksi, perintah, penjelasan, atau pertanyaan dari guru. Saat proses pembelajaran berlangsung, kegiatan menyimak tetap dilakukan. Misalnya, saat guru menerangkan pelajaran, siswa menyimak penjelasan guru. Saat guru menginstruksikan siswa mengerjakan latihan, siswa menyimak penjelasan tentang latihan yang akan mereka kerjakan. Saat diskusi, siswa menyimak diskusi. Dengan kata lain, sampai di akhir kegiatan pembelajaran aktivitas menyimak tetap dilakukan siswa.
Tindak lanjut dari aktivitas menyimak itu, siswa akan berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah). Oleh karena itu, keterampilan menyimak harus dibina dan dikembangkan lagi. Keterampilan menyimak sangat berguna untuk mengembangkan keterampilan berbahasa siswa, baik dalam aktivitas akademik maupun kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat mencapai keterampilan berbahasa, kurikulum pengajaran bahasa dewasa ini menggunakan pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif adalah sebuah pendekatan yang menitikberatkan pada pemberian perhatian sistematis terhadap aspek-aspek fungsional dan struktural bahasa (Littlewood dalam Alwasilah, 1996:3). Sedangkan keterampilan membaca yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa sangat penting kedudukannya untuk menunjang terlaksananya pendekatan komunikatif dalan pengajaran berbahasa. Untuk mencapai agar siswa terampil membaca diperlukan berbagai alat ukur untuk menguji kemampuan membaca. Alat ukur atau instrumen itu dapat berupa tes yang dapat mencerminkan kompetensi siswa dalam membaca sehingga pendekatan komunikatif yang digunakan dalam kurikulum dapat terlaksana, yang salah satunya siswa terampil membaca secara komunikatif.


A.    Rumusan Masalah
        Berdasarkan latar belakang diatas maka pemakalah membatasi rumusan masalah sebagai berikut:

1) Apa yang dimaksud instrumen penilaian, keterampilan menyimak (istima’), dan keterampilan berbicara (kalam)?

2)   Apa saja jenis-jenis instrumen penilaian?

3) Bagaimanakah proses pengembangan instrumen penilaian ketrampilan menyimak (istima’), dan  keterampilan berbicara (kalam)?
 
C.    Tujuan
1)  Mengetahui apa yang dimaksud instrumen penilaian dan keterampilan menyimak(istima’), dan  keterampilan berbicara (kalam).
2)    Mengetahui jenis-jenis instrumen penilaian.
3) Mengetahui bagaimana proses instrumen penilaian dalam pembelajaran menyimak(istima’), dan  keterampilan berbicara (kalam).


BAB II
PEMBAHASAN
 PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
(ISTIMA’) DAN BERBICARA (KALAM)
 
A.    Pengertian instrumen penilaian
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) kata instrumen dapat diartikan sebagai alat yang digunakan dalam suatu kegiatan, atau sarana untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan. Jadi instrumen penilaian pembelajaran atau sebagai alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penilaian pembelajaran.
Sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan, instrumen penilaian dapat berupa instrumen tes atau instrumen non tes.
1.      Instrumen tes
Instrumen tes ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes (Hamzah B. Uno, dkk., 2001), yaitu:
1)   Tes penempatan adalah tes yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan kemampuannya.
2)  Tes diagnostik adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan, sebagai dasar perbaikan.
3) Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketrampilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.
4)  Tes sumatif adalah tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa dalam satuan waktu tertentu seperti catur wulan atau semester. Sedangkan berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esay.
2.      Instrumen non tes
Instrumen non tes yang dapat digunakan dalam penilaian pembelajaran antara lain:
1)      Angket/ kuesioner
Angket adalah alat penilaian berupa daftar pertanyaan-pernyataan tertulis untuk menjaring informasi. Angket dapat digunakan untuk memperoleh informasi kognitif, seperti angket digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari tes sehingga data yang diperoleh lebih komprehensif.
2)      Lembar observasi
Lembar obeservasi adalah pedoman yang digunakan guru dalam melakukan observasi pembelajaran. Observasi bisa dilakukan secara langsung tanpa menggunakan lembar observasi, tetapi jika guru menginginkan observasi yang terfokus maka sebaiknya guru menggunakan pedoman observasi ini.
3)      Pedoman wawancara
Pedoman wawancara adalah pedoman yang digunakan guru dalam melakukan wawancara dengan siswa. Guru bisa wawancara langsung tanpa menggunakan pedoman wawancara, tetapi jika guru menginginkan wawancara yang lebih terfokus sebaiknya guru menggunakan pedoman wawancara ini.
B.     Macam-macam instrumen penilaian
Dalam pendidikan Instrumen alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dapat berupa tes atau nontes. Tes atau penilaian merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta memberikan penampilan maksimal. Sedangkan instruman nonotes merupakan alat ukur yang mendorong peserta untuk memberikan penampilan tipikal, yaitu melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan respons secara jujur sesuai dengan pikiran dan perasaannya.
Instrumen alat ukur dalam pendidikan sangat berhubungan dengan variabel yang hendak di ukur. Variabel dapat di bagi menjadi dua yaitu variabel faktual dan variabel konseptual.
Variabel faktual adalah variabel yang terdapat faktanya. Oleh karena bersifat faktual, bila terdapat kesalahan dalam data maka kesalahan bukan terletak pada instrumen alat ukurnya, tetapi responden memberikan jawaban yang tidak jujur.Alat ukur untuk mengukur variabel faktual tidak perlu di bakukan. Termasuk variabel faktual adalah jenis kelamin, agama, pendidikan, usia, asal sekolah, pekerjaan, status perkawinan, asal tempat tinggal dan sebagainya.
Sedangkan Variabel Konseptual adalah variabel yang tidak terlihat dalam fakta tetapi tersembunyi dalam konsep, maka kesalahan data dapat disebabkan oleh kesalahan konsep pad alat ukur yang digunakan. Untuk memastikan alat ukur tidak salah konsep maka sebelum digunakan untuk mengukur variabel konsep, alat ukur dibakukan terlebih dulu. Termasuk dalam variabel konsep adalah motovasi belajar, bakat minat menjadi guru, prestasi belajar, kecerdasan, bakat musik, konsep diri dan sebagainya. Kesalahan data variabel “kecerdasan” misalnya kemungkinan di sebabkan oleh alat ukur pengumpulan data kecerdasan yang salah konsep.
C.    Proses pengembangan instrumen penilaian dalam pembelajaran menyimak
Keterampilan menyimak (maharah istima’/listening skill) adalah kemampuan seseorang dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh mitra bicara atau media tertentu (Acep Hermawan, 2011). Tujuan utama menyimak antara lain untuk mendapatkan fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, dan memperbaiki kemampuan berbicara. Secara garis besar menyimak dibagi menjadi dua jenis, yakni menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, dan menyimak pengumuman.
Jenis-jenis menyimak ekstensif antara lain: 1) menyimak sekunder, yaitu menyimak yang terjadi secara kebetulan, misalnya, sambil memasak mendengarkan siaran berita, 2) menyimak sosial, yaitu menyimak yang berlangsung dalam situasi-situasi sosial seperti di pasar atau terminal, 3) menyimak apresiatif, yaitu menyimak untuk menghayati dan menikmati sesuatu, misalnya menyimak pembacaan puisi, atau menyimak drama, 4) menyimak pasif, yaitu menyimak yang dilakukan tanpa upaya sadar Jenis-jenis menyimak ini lebih banyak digunakan secara alamiah.
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif diakhiri dengan kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang dipahami secara lisan maupun tulis.
Jenis-jenis menyimak intensif adalah 1) menyimak kritis yaitu kegiatan menyimak untuk memberikan penilaian secara objektif mengenai kebenaran informasi yang disimak, 2) menyimak konsentratif yaitu menyimak dengan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang informasi yang disimak, 3) menyimak eksploratif yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan untuk menemukan informasi baru, 4) menyimak kreatif yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas penyimak, misalnya dengan cara mengemukakan kembali gagasan pembicara, 5) menyimak interogatif yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut, 6) menyimak selektif yaitu kegiatan menyimak yang memusatkan perhatian pada hal tertentu yang sudah dipilih.
Agar dapat menyimak secara efektif, penyimak harus menyimak dengan penuh konsentrasi, menelaah materi simakan, menyimak dengan kritis, dan apabila bahan simakan cukup panjang dapat diikuti dengan kegiatan mencatat. Di samping itu, penyimak hendaknya siap fisik dan mental, bermotivasi, objektif, menyeluruh, selektif, tidak mudah terganggu, menghargai pembicara, cepat menyesuaikan diri, tidak mudah emosi, kontak dengan pembicara, dan responsif.
Pada saat menyimak, perlu dihindari beberapa kebiasaan yang kurang menguntungkan, antara lain keegosentrisan, keengganan ikut terlibat, ketakutan akan perubahan, keinginan menghindari pertanyaan, puas terhadap penampilan eksternal, menghindari penjelasan yang sulit, penolakan terhadap pembicara, mengritik penampilan/cara berbicara pembicara, perhatian pura-pura, mencatat detil pembicaraan, dan menyerah pada gangguan (Tim LPMP, 2007).
Keterampilan mendengar atau menyimak mempunyai beberapa aspek antara lain adalah mengidentifikasi bunyi, memahami unsur-unsur bunyi tertentu, serta menemukan informasi yang tersirat maupunyang tersurat dari penutur (Abdul Hamid, 2010).
Abdul Kholiq membagi tes kemampuan mendengar bahasa Arab menjadi dua bagian yaitu: tes bunyi bahasa (Ikhtibar al-Ashwat) dan tes memahami teks yang didengar (fahm al-masmu’).Berikut ini beberapa bentuk tes yang yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan mendengar bahasa Arab.
1)      Mendengar dan membaca (al istima’ wal Qiro’ah)
Sebagai contoh, guru membacakan pertanyaan berikut:
يتبادل المسلمون التهاني في الأعياد : هذه العبارة تعني.....
Pertanyaantersebut tidak tertulis dalam lembar jawaban siswa, hanya diperdengarkan saja. Sedangkan pilihan jawaban tertulis dalam lembar jawaban siswa dan siswa diminta untuk membacanya.
أ‌-        يهنئ المسلمون كل منهم اللأّخر
ب‌-    يساعد المسلم أخاه المسل
ت‌-    يلقي المسلم على أخيه المسلم التحية
2)      Dikte dan mendengarkan (al Imla’ wal Istima’)
Disini siswa diminta untuk mendengarkan sebuah tek berbahasa Arab, kemudian didiktekan dengan dua atau satu kali pengulangan dan siswa diminta untuk menulis apa yang didengar. Sebenarnya model ini lebih menekankan atas latihan siswa untuk membedakan huruf-huruf yang pengucapan dan pelafalannya serupa dan mirip.
Teks yang didiktekan bisa diambilkan dari ayat-ayat alqur’an, atau dari teks lain yang berbahasa Arab yang sesuai dengan materi yang diujikan.
3)      Menyima’ dan ingatan
Pada jenis ini siswa diminta untuk mendengarkan sebuah teks yang dibacakan oleh guru atau melalui tape kemudian siswa diminta untuk menulis kembali teks tersebut dengan menggunakan redaksi atau bahasa siswa. Tujuan dari jenis tes ini adalah mengukur kemampuan siswa dalam memahami teks yang diperdengarkan dan daya ingat siswa. Seperti pada contoh berikut:
استمع هذه الفقرة تحت الموضوع نزول القرأن ثم ضع علامة صواب أو خطاء:
1-        نزل القرأن في ليلة القدر                     .........
2-        نزل القرأن في أول رمضان                    .........
3-        ليلة القدر خير من ألف يوم                  .........
4-        ليلة القدر في بداية رمضان                   .........
5-        ليس الناس في حاجة إلى ليلة القدر          .........
4)      Mengidentifikasi bunyi
Siswa diminta untuk mendengarkan dan mengidentifikasi bunyi bahasa tertentu.
Contoh: mengidentifikasi bunyi Syiddah.
استمع وعيّن الكلمة التي فيها شدّة بوضع علامة (V) في المربعة!
رقم
أ
ب
ج
1
حمل
حمّال
حامل
2
كسب
يكسب
كسّاب
3
فرح
يفرح
فرّح
الأجوبة:
رقم
أ
ب
ج
1

V

2


V
3


V
5)      Membedakan bunyi yang mirip
Siswa diminta untuk mendengarkan rangkaian kalimat atau paragraf kemudian siswa diminta untuk membedakan dua kata atau lebih yang memiliki bunyi yang mirip.
6)      Mengungkapkan kembali
Siswa diminta mendengarkan teks tertentu kemudian diminta mengungkapkan kembali apa yang telah diperdengarkan.
Dari contoh-contoh tes menukur kemampuan mendengar bahasa arab di atas, yang sering digunakan adalah jenis mendengarkan teks, baik berupa teks narasi atau dialog. Kemudian siswa diminta menjawab pertanyaan yang akan mengukur kemampuan memahami teks yang didengarkannya. Alat ukur atau tes yang digunakan adalah jenis teks obyektif (shahih am khatta, al ikhtiyar min mutaaddid, takmilah, dan lain-lain).
Selanjutnya tes mengukur kemampuan siswa dalam memahami teks yang didengarkan (fahm al masmu’) yang sering digunakan.
استمع إلى النص، ثم اختار الجواب الصحيح بوضع دائرة حول الحرف المناسب!
تأثرت أوربا كثيرا بحضارة المسلمين، فقد كان لدى المسلمين حضارة عظيمة حملها المسلمون إلى كل العالممن الصين في الشرق إلى أوروبا في الغرب. تقدم المسلمون في الرياضيات والطب والصيدلة وغيرها.
تعلم الطلاب من أوربا في المدارس والجامعةعند المسلمين، واتصل علماء أوربا بالعلماء المسلمين، وترجموا كتب المسلمين في الطب والصيدلة والرياضيات، ثم درّسوا هذه الكتب في مدارسهم وجامعتهم.
بعد ذلك مرت على المسلمين سنون طويلة، تركوا فيها العلم، فانتشر بينهم الجهل حتى وصلوا إلى مرحلة التخلف.
في العصر الحديث، عاد المسلمون-مرة ثانية- إلى طلب العلم كما أمرهم بذلك دينهم، ففتحوا المدارس والجامعات في القرى والمدان. عرفوا أن العلم وسيلة الإنسان في هذه الحياة، وقرروا أن يهتموا بالعلم والعلماء حتى تتقدم بلادهم.
الأسئلة:
1.       حمل المسلمون حضارتهم إلى..........
أ‌- الصين في الشرق          ب- أوربا في الغرب            ج- كل العالم
2.       تقدم المسلمون في.........
أ‌- العلوم والطب والصيدلة
ب‌- العلوم والهندسة والفلك
ج‌- الصيدلة والطب والرياضيات
3.      تعلم الطلاب أوربا في...........
أ‌- مدارس المسلمين           ب- مدارس المسلمين وجامعتهم   
ج- كليات المسلمين ومساجدهم
4.       في العصر الحديث .........
أ‌- رجع المسلمون إلى الدين ب- طلب المسلمون العلم في أوربا ج- ترك المسلمون العلم
5.       فتح المسلمون معاهدهم في..........
أ‌- القرى            ب- القرى والمدن               ج- الشرق والغرب
Masih ada beberapa contoh lagi untuk model-model tes maharoh/keterampilan mendengar/menyimak (fahmul masmu’) seperti dialog, ibaroh dan lain-lain.Selain itu menurut M. Ainin Dkk (2006) ada beberapa strategi yang lain yang dapat digunakan oleh guru dalam tes menyimak, seperti melafalkkan ulang kata yang diperdengarkan, menentukan makna kata melalui gambar, menentukan makna kalimat melalui gambar, merespon ujaran berupa kalimat melalui gerak, memahami teks sederhana dalam bentuk dialog (menentukan fakta atau informasi tersurat), memahami teks sederhana dalam bentuk narasi (menentukan informasi tersurat atau fakta, menentukan informasi tersirat, dan menyimpulkan).
D.    Proses pengembangan instrumen penilaian dalam pembelajaran berbicara 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono, dkk., 1998:114) dinyatakan  bahwa berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau berunding.
Berbicara adalah kegiatan mengungkapkan pikiran melalui lisankepada orang lain atau audiens. Adapun langkah-langkah pembelajaran keterampilan berbicara ini dapat dilakukan melalui beberapa latihan (praktik) dari apa yang didengar secaa pasif dalam latihan menyimak. Ini salah satu pendekatan yang cocok bagi pemula, maksudnya sejak pembelajaran berbicara (kalam) bagi pemula, guru harus memotivasi peserta didik untuk menguasai materi pelajaran secara lisan (Zulhannan, 2014:96-97). Hal ini dengan alasan sebagai berikut:
1)      Alasan Memotivasi Belajar
Maksudnya: bila peserta didik menguasai materi sejak awal secara lisan (bercakap), maka selanjutnya ia akan belajar dengan bergairah dan penuh semangat. Bila tidak kemungkinan besar akan timbul perasaan bosan dan tidak jarang fakta menunjukkan bahwa mereka menganggap pelajaran bahasa Arab sebagai matei yang sulit dipelajari. Dan bahkan menimbulkan kesan, bahwa berbicara bahasa Arab sebagai hal yang tak mungkin tecapai.
2)      Keterampilan Bercakap
Maksudnya: keterampilan becakap yang telah dimiliki seseorang akan mendukung timbulnya kemampuan membaca dengan tumbuhnya kedua keterampilan ini, akan tumbuh pula keterampilan menulis. Adapun teknik dari meytimak (istima’), latihan pola kalimat serta kelatihan bercakap dalam keterampilan berbicara (kalam) dapat membantu secara efektif dari yang sederhana kepada yang rumit.
Dan adapun pendekatan bagi pembelajar lanjut yakni, peserta didik dilatih untuk berbicara dengan bermain peran, guru mengajak berdiskusi dengan tema-tema yang menarik (kesepakatan bersama), member kesempatan peserta didik untuk peistiwa yang terjadi pada dirinya atau yang pernah dialami, serta bercerita ulang mengenai informasi yang telah didengar dari televise, radio, atau lainnya.Jika untuk pembelajar tingkat atas, jadi guru itu memilih beberapa tema untuk berlatih kalam, dengan tema yang menarik, jelas dan terbatas (dibatasi, semisal: berhubungan dengan pengalaman hidup, atau peserta didik disuruh memilih antara dua tema atau lebih sampai akhirnya siswa bebas memilih tema yang dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui (Wahab Rosyidi, 2012: 71-71)
Dalam berbicara (kalam) dapat pula diukur dari segi kemampuan. Mengukur kemampuan berbicara bahasa Arab adalah mengukur kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide pikiran dan perasaan siswa dalam bahasa Arab lisan (ta’bir syafahi). Terdapat beberapa bentuk tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan keterampilan berbicara dalam bahasa Arab diantaranya adalah sebagai berikut (Abdul Hamid, 2013: 53-62).
1)    Mendeskipsikan Gambar (washf al-shurah). Siswa diminta untuk mendeskripsikan gambar secara lisan dengan menggunakan bahasa Arab, dalam mendiskripsikan gambar terkadang diberi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan gambar atau secara bebas siswa diminta untuk mendeskripsikan apa yang dilihat dalam gambar.
2)   Menceritakan pengalaman (wash al-khibrah). Siswa diminta untuk menceritakan pengalamannya, seperti rekreasi, pengalaman yang menyenangkan, yang menyedihkan dan lain sebagainya. Dalam bercerita bisa diberi panduan atau bercerita bebas.
3)  Wawancara (muqobalah). Wawancara atau dialog dalam maharah kalam sering digunakan baik dalam proses pembelajaran maupun dalam mengukur kemampuan siswa. Dalam wawancara atau hiwar, siswa diajak  berdialog dengan tema tertentu dan dengan criteria yang telah ditentukn pula. Dalam wawancara seorang guru bisa secara langsung melakukan wawancara atau hiwar dengan siswa, atau siswa dengan siswa lainnya.
1)      Berbicara bebasta’bir khur 
Dalam ta’bir khur, siswa diminta untuk berbicara bebas, berbicara bebas memiliki dua arti,  pertama siswa dimnta untuk berbicara sekitar 5-7 menit menggunakan bahasa Arab dengan tema atau judul bebas dari mereka sendiri, atau kedua berbicara bebas berarti siswa diminta untuk  berbicara tentang tema atau judul tertentu sekitar 5-7 menit tanpa diberi point-point atau ide  pokok sebagai pedoman dalam mereka berbicara.
2)      Diskusi
Siswa diajak berdiskusi mengenai tema tertentu, pelaksanaan diskusi bisa juga dilaksanakan dengan model seperti debat terutama jika kemampuan mereka sudah dalam tingkat tinggi, atau berdiskusi sederhana tentang tema terentu.
Untuk menghindari subjektivitas dalam penilaian mengukur kemampuan maharah al-kalam, maka penguji sebaiknya membuat criteria penilaian yang jelas dan detail tentang komponen apa saja yang akan dinilai, misal:
     1)      Fashahah yang meliputi kebenaran pengucapan, kesesuaian nabr dan tan’gim. 
     2)      Thalaqah (kelancaran dalam berbicara).
          3)      Kebenaran susunan bahasa dari segi nahwu dan sharaf.
          4)      Sistematika penyampaian.
          5)      Kesesuaian dengan tema atau judul yang dibicarakan.
Keterampilan ini membutuhkan penguasaan berbahasa aktif agar dengan mudah mengkonstruksi penngetahuan bahasa untuk dapat digunakan mengkomunikasikan ide kepada orang lain. Ada dua jenis penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbicara, yaitu penilaian  proses dan penilaian hasil.
 1) Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
 2) Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menyajikan kompetensi berbicara yang dituntut kurikulum atau mempresentasikan secara individual.
v  Penilaian proses meliputi :
1)      kedisiplinan;
2)      minat; pendapat/tanggapan;
3)      kerja sama;
4)      keaktifan;
5)      tanggung jawab.
          v  Penilaian hasil meliputi :
1)      kelancaran menyampaikan;
2)      kejelasan vocal;
3)      ketepatan intonasi;
4)      ketepatan pilihan kata (diksi);
5)      struktur kalimat (tuturan);
6)      kontak mata dengan pendengar;
7)      ketepatan mengungkapkan gagasan disertai data tekstual.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) kata instrumen dapat diartikan sebagai alat yang digunakan dalam suatu kegiatan, atau sarana untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.
Dalam bidang pendidikan, instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,  perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan  pencapaian suatu program tertentu. Sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan, instrument penilaian di bagi dua, tes dan non tes. Yang termasuk dalam kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemempuan akademik. Dan yang termasuk dalam kelompok non-tes ialah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi,  pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya
Sedangkan proses dari instrumen penilaian sendiri adalah harus jelas dan dapat difahami siswa, adapun pengaplikasiannya dalam keterampilan menyimak (istima’) dan berbicara (kalam).
Keterampilan menyimak (maharah istima’/listening skill) adalah kemampuan seseorang dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh mitra bicara atau media tertentu dan tujuan utama dari menyimak (istima’) adalah untuk mendapatkan fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, dan memperbaiki kemampuan berbicara.Keterampilan menyimak dapat berupa instruksi-instruksi seperti: instruksi mendengar dan membaca (al istima’ wal Qiro’ah), imla’ wal istima’, istima’ wal mudzakiroh, membedakan kata/bunyi, mengidentifikasi bunyi dan analisis wacana, dan melafalkan kembali kata-kata yang didengarkan.
Dan pengaplikasian dalam berbicara (kalam) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono, dkk., 1998:114) dinyatakan  bahwa berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau berunding. Adapun mengukur kemampuan keterampilan berbicara dalam bahasa Arab dengan: mendeskipsikan gambar (washf al-shurah); menceritakan pengalaman (wash al-khibrah); wawancara atau hiwar.



Daftar Pustaka

Aimin, M. dkk, Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, 2006 Cet. I, Malang: MISYKAT
Arif, Darnis dan Khairanis, “Peningkatan Kemampuan Berbahasa melalui Pendekatan Komunikatif dan Terpadu,” 2002, dalam Buletin Pembelajaran
Hamid, Abdul, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab untuk Studi Islam, 2010 Cet.I, Malang: UIN MALIKI PRESS
Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 2011 Cet.II, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rosyidi, Wahab dan Ni’mah Mamlu’atul, Memahami Konsep Pembelajaran Bahasa Arab, 2012 Cet. II, Malang: UIN-MALIKI PRESS
Tariga, H.G., Membaca sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, 1989, Bandung: Angkasa.
Zulhannan, Teknik Pembelajaan Bahasa Arab Interaktif, 2014 Cet.I, Jakarta: Rajawali
Pdf Pengembangan Menyimak dan Berbicara di SMU Oleh Tim LPMP disampaikan pada  TOT Guru Pemandu MGMP SMA Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tanggal 19—25 Juni 2007 di LPMP Jawa Tengah, diambil pada tanggal pada 14 November 2015 pukul 20:19 WIB
Mua’lim, Aim, Pengembangan Instrumen Keterampilan, diambil di http://www.academia.edu/8486911/Pengembangan_Instrument_Penilaian_Ketrampilan, pada hari Sabtu, 14 November 2015 pukul 10:40 WIB