Minggu, 20 Desember 2015
Sabtu, 19 Desember 2015
Jumat, 18 Desember 2015
Kamis, 17 Desember 2015
PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN MENYIMAK (ISTIMA’) DAN BERBICARA (KALAM)
TUGAS PERKULIAHAN
PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN
KETERAMPILAN MENYIMAK (ISTIMA’) DAN BERBICARA (KALAM)
Disusun guna memenuhi tugas Uji Kompetensi II Mata Kuliah Tathwir Manhaj Al-Lughah Al-Arabiyyah
Disusun oleh
Mulya Hasanah
20130820028
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam keterampilan berbahasa terdiri
atas empat jenis keterampilan, yaitu menyimak (istima’), berbicara (kalam),
membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah). Keempat keterampilan
tersebut merupakan catur tunggal, tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang
lain (Trigan, 1989:14). Meskipun empat keterampilan tersebut tidak dapat
dipisah-pisahkan, tetapi dalam pengajaran dan pengevaluasiannya dapat
dipisahkan, hal itu untuk mencapai hasil pengajaran masing-masing
keterampilan tersebut dapat dicapai secara maksimal.
Keterampilan menyimak merupakan
keterampilan menerima dan memahami isi atau pesan suatu ujaran yang disampaikan
penutur dengan bahasa lisan. Keterampilan menyimak diperoleh seorang anak
sebelum keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan dasar untuk tiga keterampilan
berbahasa lainnya.
Penggunaan bahasa dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun tidak formal, tidak pernah setiap
aspek bahasa berdiri sendiri dan terlepas dari aspek lainnya. (Arief dan
Khairanis, 2002:44). Dalam proses belajar mengajar di sekolah, aktivitas
menyimak memiliki intensitas yang lebih banyak dilakukan siswa dibanding
kegiatan berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
Dari awal proses pembelajaran dimulai, siswa melakukan aktivitas menyimak
instruksi, perintah, penjelasan, atau pertanyaan dari guru. Saat proses
pembelajaran berlangsung, kegiatan menyimak tetap dilakukan. Misalnya, saat
guru menerangkan pelajaran, siswa menyimak penjelasan guru. Saat guru
menginstruksikan siswa mengerjakan latihan, siswa menyimak penjelasan tentang
latihan yang akan mereka kerjakan. Saat diskusi, siswa menyimak diskusi. Dengan
kata lain, sampai di akhir kegiatan pembelajaran aktivitas menyimak tetap
dilakukan siswa.
Tindak lanjut dari aktivitas
menyimak itu, siswa akan berbicara (kalam), membaca (qira’ah),
dan menulis (kitabah). Oleh karena itu, keterampilan menyimak harus
dibina dan dikembangkan lagi. Keterampilan menyimak sangat berguna untuk
mengembangkan keterampilan berbahasa siswa, baik dalam aktivitas akademik
maupun kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat mencapai keterampilan
berbahasa, kurikulum pengajaran bahasa dewasa ini menggunakan pendekatan
komunikatif. Pendekatan komunikatif adalah sebuah pendekatan yang
menitikberatkan pada pemberian perhatian sistematis terhadap aspek-aspek
fungsional dan struktural bahasa (Littlewood dalam Alwasilah, 1996:3). Sedangkan
keterampilan membaca yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa sangat
penting kedudukannya untuk menunjang terlaksananya pendekatan komunikatif dalan
pengajaran berbahasa. Untuk mencapai agar siswa terampil membaca diperlukan
berbagai alat ukur untuk menguji kemampuan membaca. Alat ukur atau instrumen
itu dapat berupa tes yang dapat mencerminkan kompetensi siswa dalam
membaca sehingga pendekatan komunikatif yang digunakan dalam kurikulum dapat
terlaksana, yang salah satunya siswa terampil membaca secara komunikatif.
A.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka pemakalah membatasi rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud instrumen penilaian, keterampilan menyimak (istima’), dan keterampilan berbicara (kalam)?
2) Apa saja jenis-jenis instrumen penilaian?
3) Bagaimanakah
proses pengembangan instrumen penilaian ketrampilan menyimak (istima’), dan keterampilan
berbicara (kalam)?
C. Tujuan
1) Mengetahui apa yang dimaksud instrumen
penilaian dan keterampilan menyimak(istima’), dan keterampilan berbicara (kalam).
2) Mengetahui jenis-jenis instrumen penilaian.
3) Mengetahui
bagaimana proses instrumen penilaian dalam pembelajaran menyimak(istima’), dan keterampilan
berbicara (kalam).
BAB II
PEMBAHASAN
PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
A.
Pengertian
instrumen penilaian
Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) kata instrumen dapat diartikan sebagai
alat yang digunakan dalam suatu kegiatan, atau sarana untuk mengumpulkan data
sebagai bahan pengolahan. Jadi instrumen penilaian pembelajaran atau sebagai
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penilaian pembelajaran.
Sesuai dengan
teknik penilaian yang digunakan, instrumen penilaian dapat berupa instrumen tes
atau instrumen non tes.
1.
Instrumen tes
Instrumen
tes ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes (Hamzah B. Uno, dkk., 2001), yaitu:
1) Tes penempatan
adalah tes yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai
dengan kemampuannya.
2) Tes diagnostik
adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan, sebagai dasar perbaikan.
3) Tes formatif
dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketrampilan
siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.
4) Tes sumatif
adalah tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa dalam
satuan waktu tertentu seperti catur wulan atau semester. Sedangkan
berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esay.
2.
Instrumen non
tes
Instrumen
non tes yang dapat digunakan dalam penilaian pembelajaran antara lain:
1)
Angket/
kuesioner
Angket adalah alat penilaian berupa daftar
pertanyaan-pernyataan tertulis untuk menjaring informasi. Angket dapat
digunakan untuk memperoleh informasi kognitif, seperti angket digunakan untuk
melengkapi data yang diperoleh dari tes sehingga data yang diperoleh lebih
komprehensif.
2)
Lembar observasi
Lembar obeservasi adalah pedoman yang digunakan
guru dalam melakukan observasi pembelajaran. Observasi bisa dilakukan secara
langsung tanpa menggunakan lembar observasi, tetapi jika guru menginginkan observasi
yang terfokus maka sebaiknya guru menggunakan pedoman observasi ini.
3)
Pedoman
wawancara
Pedoman wawancara adalah pedoman yang digunakan
guru dalam melakukan wawancara dengan siswa. Guru bisa wawancara langsung tanpa
menggunakan pedoman wawancara, tetapi jika guru menginginkan wawancara yang
lebih terfokus sebaiknya guru menggunakan pedoman wawancara ini.
B.
Macam-macam
instrumen penilaian
Dalam
pendidikan Instrumen alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dapat
berupa tes atau nontes. Tes atau penilaian merupakan alat ukur pengumpulan data
yang mendorong peserta memberikan penampilan maksimal. Sedangkan instruman
nonotes merupakan alat ukur yang mendorong peserta untuk memberikan penampilan
tipikal, yaitu melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan respons secara
jujur sesuai dengan pikiran dan perasaannya.
Instrumen
alat ukur dalam pendidikan sangat berhubungan dengan variabel yang hendak di
ukur. Variabel dapat di bagi menjadi dua yaitu variabel faktual dan variabel
konseptual.
Variabel
faktual adalah variabel yang terdapat faktanya. Oleh karena bersifat faktual,
bila terdapat kesalahan dalam data maka kesalahan bukan terletak pada instrumen
alat ukurnya, tetapi responden memberikan jawaban yang tidak jujur.Alat ukur
untuk mengukur variabel faktual tidak perlu di bakukan. Termasuk variabel
faktual adalah jenis kelamin, agama, pendidikan, usia, asal sekolah, pekerjaan,
status perkawinan, asal tempat tinggal dan sebagainya.
Sedangkan
Variabel Konseptual adalah variabel yang tidak terlihat dalam fakta tetapi
tersembunyi dalam konsep, maka kesalahan data dapat disebabkan oleh kesalahan
konsep pad alat ukur yang digunakan. Untuk memastikan alat ukur tidak salah
konsep maka sebelum digunakan untuk mengukur variabel konsep, alat ukur
dibakukan terlebih dulu. Termasuk dalam variabel konsep adalah motovasi
belajar, bakat minat menjadi guru, prestasi belajar, kecerdasan, bakat musik,
konsep diri dan sebagainya. Kesalahan data variabel “kecerdasan” misalnya
kemungkinan di sebabkan oleh alat ukur pengumpulan data kecerdasan yang salah
konsep.
C. Proses
pengembangan instrumen penilaian dalam pembelajaran menyimak
Keterampilan
menyimak (maharah istima’/listening skill) adalah kemampuan
seseorang dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh
mitra bicara atau media tertentu (Acep Hermawan, 2011). Tujuan utama menyimak antara lain untuk mendapatkan fakta, menganalisis
fakta, mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, dan
memperbaiki kemampuan berbicara. Secara garis besar menyimak dibagi
menjadi dua jenis, yakni menyimak ekstensif dan menyimak intensif.
Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari seperti menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, dan
menyimak pengumuman.
Jenis-jenis menyimak ekstensif antara lain: 1) menyimak sekunder, yaitu menyimak yang terjadi secara
kebetulan, misalnya, sambil memasak mendengarkan siaran berita, 2) menyimak sosial,
yaitu menyimak yang berlangsung dalam situasi-situasi sosial seperti di pasar
atau terminal, 3) menyimak apresiatif,
yaitu menyimak untuk menghayati dan menikmati sesuatu, misalnya menyimak
pembacaan puisi, atau menyimak drama, 4) menyimak pasif, yaitu menyimak yang dilakukan tanpa upaya
sadar Jenis-jenis menyimak ini lebih banyak digunakan secara alamiah.
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat menangkap
makna yang dikehendaki. Menyimak intensif diakhiri dengan kegiatan
mengungkapkan kembali sesuatu yang dipahami secara lisan maupun tulis.
Jenis-jenis menyimak intensif adalah 1) menyimak kritis yaitu kegiatan menyimak untuk memberikan
penilaian secara objektif mengenai kebenaran informasi yang disimak, 2) menyimak konsentratif yaitu
menyimak dengan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik
tentang informasi yang disimak, 3) menyimak eksploratif yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan
untuk menemukan informasi baru, 4) menyimak kreatif yaitu
kegiatan menyimak yang bertujuan mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas
penyimak, misalnya dengan cara mengemukakan kembali gagasan pembicara, 5) menyimak interogatif yaitu
kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan
pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut, 6) menyimak selektif yaitu
kegiatan menyimak yang memusatkan perhatian pada hal tertentu yang sudah
dipilih.
Agar dapat menyimak secara efektif, penyimak harus menyimak dengan penuh
konsentrasi, menelaah materi simakan, menyimak dengan kritis, dan apabila bahan
simakan cukup panjang dapat diikuti dengan kegiatan mencatat. Di samping itu,
penyimak hendaknya siap fisik dan mental, bermotivasi, objektif, menyeluruh,
selektif, tidak mudah terganggu, menghargai pembicara, cepat menyesuaikan diri,
tidak mudah emosi, kontak dengan pembicara, dan responsif.
Pada saat menyimak, perlu dihindari beberapa kebiasaan yang kurang
menguntungkan, antara lain keegosentrisan, keengganan ikut terlibat, ketakutan
akan perubahan, keinginan menghindari pertanyaan, puas terhadap penampilan
eksternal, menghindari penjelasan yang sulit, penolakan terhadap pembicara,
mengritik penampilan/cara berbicara pembicara, perhatian pura-pura, mencatat
detil pembicaraan, dan menyerah pada gangguan (Tim LPMP, 2007).
Keterampilan
mendengar atau menyimak mempunyai beberapa aspek antara lain adalah
mengidentifikasi bunyi, memahami unsur-unsur bunyi tertentu, serta menemukan
informasi yang tersirat maupunyang tersurat dari penutur (Abdul Hamid, 2010).
Abdul Kholiq
membagi tes kemampuan mendengar bahasa Arab menjadi dua bagian yaitu: tes bunyi
bahasa (Ikhtibar al-Ashwat) dan tes memahami teks yang didengar (fahm
al-masmu’).Berikut ini beberapa bentuk tes yang yang dapat digunakan dalam
mengukur kemampuan mendengar bahasa Arab.
1)
Mendengar dan
membaca (al istima’ wal Qiro’ah)
Sebagai contoh, guru membacakan pertanyaan
berikut:
يتبادل المسلمون التهاني في الأعياد : هذه العبارة تعني.....
Pertanyaantersebut
tidak tertulis dalam lembar jawaban siswa, hanya diperdengarkan saja. Sedangkan
pilihan jawaban tertulis dalam lembar jawaban siswa dan siswa diminta untuk
membacanya.
أ- يهنئ
المسلمون كل منهم اللأّخر
ب- يساعد
المسلم أخاه المسل
ت- يلقي
المسلم على أخيه المسلم التحية
2)
Dikte dan
mendengarkan (al Imla’ wal Istima’)
Disini siswa
diminta untuk mendengarkan sebuah tek berbahasa Arab, kemudian didiktekan
dengan dua atau satu kali pengulangan dan siswa diminta untuk menulis apa yang
didengar. Sebenarnya model ini lebih menekankan atas latihan siswa untuk
membedakan huruf-huruf yang pengucapan dan pelafalannya serupa dan mirip.
Teks yang
didiktekan bisa diambilkan dari ayat-ayat alqur’an, atau dari teks lain yang
berbahasa Arab yang sesuai dengan materi yang diujikan.
3)
Menyima’ dan
ingatan
Pada jenis ini siswa diminta untuk mendengarkan sebuah teks yang dibacakan
oleh guru atau melalui tape kemudian siswa diminta untuk menulis kembali teks
tersebut dengan menggunakan redaksi atau bahasa siswa. Tujuan dari
jenis tes ini adalah mengukur kemampuan siswa dalam memahami teks yang
diperdengarkan dan daya ingat siswa. Seperti pada contoh berikut:
استمع هذه الفقرة تحت الموضوع نزول القرأن ثم ضع علامة صواب أو
خطاء:
1- نزل
القرأن في ليلة القدر
.........
2- نزل
القرأن في أول رمضان .........
3- ليلة القدر
خير من ألف
يوم .........
4- ليلة القدر
في بداية
رمضان .........
5- ليس الناس
في حاجة إلى ليلة
القدر .........
4)
Mengidentifikasi
bunyi
Siswa
diminta untuk mendengarkan dan mengidentifikasi bunyi bahasa tertentu.
Contoh: mengidentifikasi bunyi Syiddah.
استمع وعيّن الكلمة التي فيها شدّة بوضع علامة (V) في المربعة!
رقم
|
أ
|
ب
|
ج
|
1
|
حمل
|
حمّال
|
حامل
|
2
|
كسب
|
يكسب
|
كسّاب
|
3
|
فرح
|
يفرح
|
فرّح
|
الأجوبة:
رقم
|
أ
|
ب
|
ج
|
1
|
V
|
||
2
|
V
|
||
3
|
V
|
5)
Membedakan
bunyi yang mirip
Siswa diminta
untuk mendengarkan rangkaian kalimat atau paragraf kemudian siswa diminta untuk
membedakan dua kata atau lebih yang memiliki bunyi yang mirip.
6)
Mengungkapkan
kembali
Siswa diminta
mendengarkan teks tertentu kemudian diminta mengungkapkan kembali apa yang
telah diperdengarkan.
Dari
contoh-contoh tes menukur kemampuan mendengar bahasa arab di atas, yang sering
digunakan adalah jenis mendengarkan teks, baik berupa teks narasi atau dialog.
Kemudian siswa diminta menjawab pertanyaan yang akan mengukur kemampuan
memahami teks yang didengarkannya. Alat ukur atau tes yang digunakan adalah
jenis teks obyektif (shahih am khatta, al ikhtiyar min mutaaddid, takmilah,
dan lain-lain).
Selanjutnya tes
mengukur kemampuan siswa dalam memahami teks yang didengarkan (fahm al
masmu’) yang sering digunakan.
استمع
إلى النص، ثم اختار الجواب الصحيح بوضع دائرة حول الحرف المناسب!
تأثرت
أوربا كثيرا بحضارة المسلمين، فقد كان لدى المسلمين حضارة عظيمة حملها المسلمون
إلى كل العالممن الصين في الشرق إلى أوروبا في الغرب. تقدم المسلمون في الرياضيات
والطب والصيدلة وغيرها.
تعلم
الطلاب من أوربا في المدارس والجامعةعند المسلمين، واتصل علماء أوربا بالعلماء
المسلمين، وترجموا كتب المسلمين في الطب والصيدلة والرياضيات، ثم درّسوا هذه الكتب
في مدارسهم وجامعتهم.
بعد ذلك
مرت على المسلمين سنون طويلة، تركوا فيها العلم، فانتشر بينهم الجهل حتى وصلوا إلى
مرحلة التخلف.
في
العصر الحديث، عاد المسلمون-مرة ثانية- إلى طلب العلم كما أمرهم بذلك دينهم،
ففتحوا المدارس والجامعات في القرى والمدان. عرفوا أن العلم وسيلة الإنسان في هذه
الحياة، وقرروا أن يهتموا بالعلم والعلماء حتى تتقدم بلادهم.
الأسئلة:
1. حمل المسلمون حضارتهم إلى..........
أ- الصين
في الشرق ب- أوربا في
الغرب ج-
كل العالم
2. تقدم المسلمون في.........
أ- العلوم
والطب والصيدلة
ب- العلوم
والهندسة والفلك
ج- الصيدلة
والطب والرياضيات
3. تعلم الطلاب أوربا في...........
أ- مدارس
المسلمين ب-
مدارس المسلمين وجامعتهم
ج-
كليات المسلمين ومساجدهم
4. في العصر الحديث .........
أ- رجع
المسلمون إلى الدين ب- طلب المسلمون العلم في أوربا ج- ترك المسلمون العلم
5. فتح المسلمون معاهدهم في..........
أ- القرى ب-
القرى
والمدن ج-
الشرق والغرب
Masih ada
beberapa contoh lagi untuk model-model tes maharoh/keterampilan
mendengar/menyimak (fahmul masmu’) seperti dialog, ibaroh dan
lain-lain.Selain itu menurut M. Ainin Dkk (2006) ada beberapa strategi
yang lain yang dapat digunakan oleh guru dalam tes menyimak, seperti
melafalkkan ulang kata yang diperdengarkan, menentukan makna kata melalui
gambar, menentukan makna kalimat melalui gambar, merespon ujaran berupa kalimat
melalui gerak, memahami teks sederhana dalam bentuk dialog (menentukan fakta
atau informasi tersurat), memahami teks sederhana dalam bentuk narasi
(menentukan informasi tersurat atau fakta, menentukan informasi tersirat, dan
menyimpulkan).
D.
Proses
pengembangan instrumen penilaian dalam pembelajaran berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M.
Moeliono, dkk., 1998:114) dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata;
bercakap; berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan
sebagainya atau berunding.
Berbicara
adalah kegiatan mengungkapkan pikiran melalui lisankepada orang lain atau
audiens. Adapun langkah-langkah pembelajaran keterampilan berbicara ini dapat
dilakukan melalui beberapa latihan (praktik) dari apa yang didengar secaa pasif
dalam latihan menyimak. Ini salah satu pendekatan yang cocok bagi pemula, maksudnya
sejak pembelajaran berbicara (kalam) bagi pemula, guru harus memotivasi
peserta didik untuk menguasai materi pelajaran secara lisan (Zulhannan,
2014:96-97). Hal ini dengan alasan sebagai berikut:
1) Alasan Memotivasi
Belajar
Maksudnya: bila peserta didik menguasai materi sejak awal secara lisan
(bercakap), maka selanjutnya ia akan belajar dengan bergairah dan penuh semangat.
Bila tidak kemungkinan besar akan timbul perasaan bosan dan tidak jarang fakta
menunjukkan bahwa mereka menganggap pelajaran bahasa Arab sebagai matei yang
sulit dipelajari. Dan bahkan menimbulkan kesan, bahwa berbicara bahasa Arab
sebagai hal yang tak mungkin tecapai.
2) Keterampilan
Bercakap
Maksudnya: keterampilan becakap yang telah dimiliki seseorang akan
mendukung timbulnya kemampuan membaca dengan tumbuhnya kedua keterampilan ini,
akan tumbuh pula keterampilan menulis. Adapun teknik dari meytimak (istima’),
latihan pola kalimat serta kelatihan bercakap dalam keterampilan berbicara (kalam)
dapat membantu secara efektif dari yang sederhana kepada yang rumit.
Dan adapun pendekatan bagi pembelajar lanjut yakni, peserta didik
dilatih untuk berbicara dengan bermain peran, guru mengajak berdiskusi dengan
tema-tema yang menarik (kesepakatan bersama), member kesempatan peserta didik
untuk peistiwa yang terjadi pada dirinya atau yang pernah dialami, serta
bercerita ulang mengenai informasi yang telah didengar dari televise, radio,
atau lainnya.Jika untuk pembelajar tingkat atas, jadi guru itu memilih beberapa
tema untuk berlatih kalam, dengan tema yang menarik, jelas dan terbatas
(dibatasi, semisal: berhubungan dengan pengalaman hidup, atau peserta didik disuruh
memilih antara dua tema atau lebih sampai akhirnya siswa bebas memilih tema
yang dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui (Wahab Rosyidi, 2012: 71-71)
Dalam berbicara (kalam) dapat pula diukur dari segi kemampuan. Mengukur
kemampuan berbicara bahasa Arab adalah mengukur kemampuan siswa dalam
mengekspresikan ide pikiran dan perasaan siswa dalam bahasa Arab lisan (ta’bir
syafahi). Terdapat beberapa bentuk tes yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan keterampilan berbicara dalam bahasa Arab diantaranya adalah sebagai
berikut (Abdul Hamid, 2013: 53-62).
1) Mendeskipsikan
Gambar (washf al-shurah). Siswa diminta untuk mendeskripsikan gambar
secara lisan dengan menggunakan bahasa Arab, dalam mendiskripsikan gambar
terkadang diberi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan gambar atau secara
bebas siswa diminta untuk mendeskripsikan apa yang dilihat dalam gambar.
2) Menceritakan
pengalaman (wash al-khibrah). Siswa diminta untuk menceritakan
pengalamannya, seperti rekreasi, pengalaman yang menyenangkan, yang menyedihkan
dan lain sebagainya. Dalam bercerita bisa diberi panduan atau bercerita bebas.
3) Wawancara (muqobalah). Wawancara atau dialog dalam maharah kalam
sering digunakan baik dalam proses pembelajaran maupun dalam mengukur kemampuan
siswa. Dalam wawancara atau hiwar, siswa diajak berdialog dengan tema
tertentu dan dengan criteria yang telah ditentukn pula. Dalam wawancara seorang
guru bisa secara langsung melakukan wawancara atau hiwar dengan siswa, atau
siswa dengan siswa lainnya.
1)
Berbicara bebasta’bir
khur
Dalam ta’bir
khur, siswa diminta untuk berbicara bebas, berbicara bebas memiliki dua
arti, pertama siswa dimnta untuk berbicara sekitar 5-7 menit menggunakan
bahasa Arab dengan tema atau judul bebas dari mereka sendiri, atau kedua
berbicara bebas berarti siswa diminta untuk berbicara tentang tema atau
judul tertentu sekitar 5-7 menit tanpa diberi point-point atau ide pokok
sebagai pedoman dalam mereka berbicara.
2)
Diskusi
Siswa diajak berdiskusi mengenai tema tertentu, pelaksanaan diskusi bisa
juga dilaksanakan dengan model seperti debat terutama jika kemampuan mereka
sudah dalam tingkat tinggi, atau berdiskusi sederhana tentang tema terentu.
Untuk
menghindari subjektivitas dalam penilaian mengukur kemampuan maharah
al-kalam, maka penguji sebaiknya membuat criteria penilaian yang jelas dan
detail tentang komponen apa saja yang akan dinilai, misal:
1)
Fashahah yang meliputi
kebenaran pengucapan, kesesuaian nabr dan tan’gim.
2)
Thalaqah (kelancaran
dalam berbicara).
3)
Kebenaran
susunan bahasa dari segi nahwu dan sharaf.
4)
Sistematika
penyampaian.
5)
Kesesuaian
dengan tema atau judul yang dibicarakan.
Keterampilan ini membutuhkan penguasaan
berbahasa aktif agar dengan mudah mengkonstruksi penngetahuan bahasa untuk
dapat digunakan mengkomunikasikan ide kepada orang lain. Ada dua jenis penilaian yang
digunakan dalam pembelajaran berbicara, yaitu penilaian proses dan
penilaian hasil.
1) Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
untuk menilai sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2) Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa
ketika menyajikan kompetensi berbicara yang dituntut kurikulum atau
mempresentasikan secara individual.
v Penilaian proses
meliputi :
1) kedisiplinan;
2) minat;
pendapat/tanggapan;
3) kerja sama;
4) keaktifan;
5) tanggung jawab.
v
Penilaian hasil meliputi :
1) kelancaran
menyampaikan;
2) kejelasan vocal;
3) ketepatan intonasi;
4) ketepatan pilihan
kata (diksi);
5) struktur kalimat
(tuturan);
6) kontak mata dengan
pendengar;
7) ketepatan
mengungkapkan gagasan disertai data tekstual.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) kata instrumen dapat diartikan sebagai
alat yang digunakan dalam suatu kegiatan, atau sarana untuk mengumpulkan data
sebagai bahan pengolahan.
Dalam bidang pendidikan, instrument digunakan untuk mengukur
prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau
berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa,
keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian
suatu program tertentu. Sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan, instrument penilaian di bagi dua,
tes dan non tes. Yang termasuk dalam kelompok tes adalah tes prestasi belajar,
tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemempuan akademik. Dan yang termasuk dalam
kelompok non-tes ialah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi,
pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya
Sedangkan
proses dari instrumen penilaian sendiri adalah harus jelas dan dapat difahami
siswa, adapun pengaplikasiannya dalam keterampilan menyimak (istima’)
dan berbicara (kalam).
Keterampilan
menyimak (maharah istima’/listening skill) adalah kemampuan
seseorang dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh
mitra bicara atau media tertentu dan tujuan utama dari menyimak (istima’)
adalah untuk mendapatkan fakta, menganalisis fakta,
mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, dan memperbaiki
kemampuan berbicara.Keterampilan menyimak dapat berupa instruksi-instruksi seperti:
instruksi mendengar dan membaca (al istima’ wal Qiro’ah), imla’ wal istima’,
istima’ wal mudzakiroh, membedakan kata/bunyi, mengidentifikasi bunyi dan
analisis wacana, dan melafalkan kembali kata-kata yang didengarkan.
Dan pengaplikasian dalam berbicara (kalam) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M.
Moeliono, dkk., 1998:114) dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata;
bercakap; berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan
sebagainya atau berunding.
Adapun mengukur kemampuan keterampilan berbicara dalam bahasa
Arab dengan: mendeskipsikan gambar (washf al-shurah); menceritakan
pengalaman (wash al-khibrah); wawancara atau hiwar.
Daftar Pustaka
Aimin, M. dkk, Evaluasi Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab, 2006 Cet. I, Malang: MISYKAT
Arif, Darnis dan Khairanis,
“Peningkatan Kemampuan Berbahasa melalui Pendekatan Komunikatif dan Terpadu,”
2002, dalam Buletin Pembelajaran
Hamid, Abdul, Mengukur Kemampuan Bahasa
Arab untuk Studi Islam, 2010 Cet.I, Malang: UIN MALIKI PRESS
Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab, 2011 Cet.II, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rosyidi, Wahab dan Ni’mah Mamlu’atul, Memahami
Konsep Pembelajaran Bahasa Arab, 2012 Cet. II, Malang: UIN-MALIKI PRESS
Tariga, H.G., Membaca
sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, 1989, Bandung: Angkasa.
Pdf Pengembangan Menyimak dan Berbicara di SMU Oleh Tim LPMP disampaikan pada TOT Guru Pemandu MGMP SMA Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Tanggal 19—25 Juni 2007 di LPMP Jawa Tengah, diambil pada tanggal pada 14 November 2015 pukul 20:19 WIB
Mua’lim, Aim, Pengembangan Instrumen Keterampilan, diambil di http://www.academia.edu/8486911/Pengembangan_Instrument_Penilaian_Ketrampilan, pada hari Sabtu, 14 November 2015 pukul 10:40 WIB
Langganan:
Postingan (Atom)